Contoh Sampah Garmen Dan Plastik Rumahan

Contoh Sampah Garmen Dan Plastik Rumahan

Membawa alat makan reusable

Saat ini sudah banyak restoran yang menghilangkan alat makan sekali pakai. Beberapa restoran mungkin masih mengganti sedotan dengan sedotan plastik. Namun, akan lebih nyaman jika minum menggunakan sedotan dan alat makan milik sendiri. Selain lebih aman kebersihannya, sahabat bisa memilih alat makan stainless agar lebih mudah saat memotong makanan bertekstur keras.

Dampak Sampah Plastik Bagi Lingkungan

Berdasarkan artikel National Geographic disebutkan pula bahwa serat dari sampah plastik bisa terakumulasi pada kotoran manusia. Dengan kata lain, saat seseorang memakan udang, tuna, atau ikan laut lain yang tercemar sampah plastik, kandungan mikroplastiknya ikut tertelan oleh tubuh. Hal yang kelihatannya sepele ternyata berdampak besar bukan?

Pada dasarnya, sampah plastik bisa didaur ulang dan digunakan kembali menjadi barang-barang yang bermanfaat. Sayangnya, edukasi mengenai sampah plastik di Indonesia belum cukup optimal. Banyak orang yang sudah terbiasa membuang sampah plastik tanpa memisahkannya dengan jenis sampah lain.

Sampah plastik yang sudah tercampur dengan sampah lain menjadi lebih sulit untuk didaur ulang. Belum lagi, banyak orang yang dengan sengaja atau tanpa sengaja membuang sampah sembarangan di tempat rekreasi alam seperti pantai dan pegunungan. Hal ini membuat limbah plastik berakhir di dasar laut atau sungai.

Dampak sampah plastik bagi lingkungan memang berbahaya. Belum lagi, bahan kimianya juga bisa terurai menjadi mikroplastik yang berdampak buruk bagi kesehatan tubuh manusia. Namun, CNNIndonesia.com menyebutkan dalam artikelnya bahwa sampah plastik juga memiliki nilai ekonomi yang dari sistem daur ulangnya.

Sebagai salah satu gambaran, sampah kantong plastik memiliki nilai jual Rp500 – Rp1000 setiap kilogram. Para pengepul juga bisa menjual botol plastik dan tutup botolnya dengan nilai jual yang bahkan lebih tinggi. Jika penggunaan plastik dilarang, ada potensi sirkulasi ekonomi yang hilang dan merugikan industri daur ulang.

Melalui artikel yang sama, Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Institut Teknologi Bandung (ITB), Akhmad Zainal menyarankan bahwa langkah yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah pengolahan sampah. Dengan cara ini, pengelolaan sampah plastik bisa dilakukan lebih efektif dan juga menghemat bahan baku produksi.

Cara Mengurangi Sampah Plastik

Saat ini penggunaan peralatan sekali pakai juga sudah mulai dikurangi. Langkah kecil yang sudah mulai dilakukan secara teratur adalah menggunakan bahan organik yang lebih mudah terurai. Bukan hanya untuk mengurangi sampah plastik, orang mulai terbiasa membawa alat makan stainless atau kayu, terutama pada masa pandemi.

Beberapa kebiasaan kecil tersebut bisa mengurangi potensi sampah dari alat makan plastik sekali pakai. Selain itu, berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah plastik:

ARTIKEL DLH, KULON PROGO – Keberadaan sampah plastik harus diakui tidak dapat terhindarkan, hampir di setiap penjuru lingkungan sekitar kita.

Jika dicermati, saat ini berbagai produk plastik terdapat kode-kode tertentu. Kode menyatakan jenis plastik yang membentuk material, sehingga mempermudah untuk mendaur ulang.

Contohnya adalah kode segitiga 3 R dengan angka di tengah-tengahnya. Angka menunjukkan jenis plastiknya dan kadang pula diikuti dengan singkatan, seperti:

PET (Polietilena Tereftalat), pada umumnya terdapat pada botol minuman atau bahan konsumsi lainnya yang cair.

HDPE (High Densy Polyethylene) atau Polietilena berdensitas tinggi, biasanya terdapat pada botol detergen.

PVC (Polivinil Klorid), biasanya terdapat pada pipa dan furniture lainnya.

LDPE (Low Density Polyethylene) atau Polietilena berdensitas rendah, biasanya terdapat pada bungkus makanan.

PP (Polipropilena), umumnya terdapat pada tutup botol minuman, sedotan, dan beberapa jenis mainan.

PS (Polistirena), umumnya terdapat pada kotak makanan, kotak pembungkus daging, cangkir, dan peralatan dapur lainnya.

Semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat, maka akan semakin bertambah pula sampah plastik yang dihasilkan. Wajar jika kemudian menjadi permasalahan lingkungan yang serius.

Perlu diketahui bahwa sampah plastik sangat sulit untuk hancur. Dibutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun agar terurai. Oleh karena itu, diperlukan solusi alternatif agar keberadaan sampah plastik dapat ditangani dengan baik. Alternatif penanganannya antara lain dengan 6 R, sebagai berikut:

Menggunakan kembali barang bekas tanpa pengolahan dahulu untuk tujuan yang sama atau berbeda dari tujuan bahan awal. Contohnya: memakai sampah plastik sebagai bahan baku kerajinan, ban bekas dikemas menjadi tempat duduk, dan sebagainya.

Memanfaatkan barang bekas dengan mengolah materinya untuk digunakan lebih lanjut. Contoh: sampah organik diolah menjadi kompos.

Merupakan semua bentuk kegiatan atau perilaku yang dapat mengurangi produksi sampah. Contoh: pergi belanja membawa keranjang/tas belanja dari rumah.

Menggantikan dengan bahan yang bias dipakai ulang sebagai upaya mengubah kebiasaan yang dapat mempercepat produksi sampah. Contoh: membungkus kue menggunakan daun pisang.

Mengisi kembali wadah-wadah produk kemasan yang habis dipakai. Contoh: memanfaatkan botol parfum untuk diisi kembali dengan parfum isi ulang.

Melakukan pemeliharaan atau perawatan agar tidak menambah produksi sampah. Contoh: sandal yang talinya putus, diperbaiki kembali dengan tali yang baru, tanpa perlu beli sandal baru selama masih layak.

Di samping alternatif solusi di atas, dilansir dari berbagai sumber, saat ini juga sedang dikembangkan pemanfaatan sampah plastik sebagai sumber energi. Semoga berhasil dan terealisir dengan baik. (Prd)

return generate_breadcrumb();

Indonesiabaik.id - Sampah plastik selalu menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan baik pencemaran tanah maupun laut. Sifat sampah plastik tidak mudah terurai, proses pengolahannya menimbulkan toksit dan bersifat karsinogenik, butuh waktu sampai ratusan tahun bila terurai secara alami.

Untuk pencemaran di laut, Indonesia merupakan penghasil sampah plastik laut terbesar kedua di dunia. Penelitian dari UC Davis dan Universitas Hasanuddin yang dilakukan di pasar Paotere Makassar menunjukkan 23% sampel ikan yang diambil memiliki kandungan plastik di perutnya.

Jika diolah dengan baik, sampah plastik daur ulang dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 16.379.472 per bulan dari produksi 48 ton sampah plastik.

Pemerintah pusat maupun daerah melakukan berbagai upaya untuk dapat mengurangi dampak negatif sampah plastik. Seperti yang dilakukan di Bali, tepatnya Kabupaten Badung, disana dilakukan pengelohan sampah menjadi Bahan Makar Minyak (BBM). Begitu juga kota Surabaya, diluncurkan Suroboyo Bus, untuk tiketnya dapat diperoleh dengan menukarkan sampah plastik.

Tak hanya lingkungan, dampak sampah plastik juga dapat memengaruhi kondisi kesehatan. Hal ini perlu diperhatikan karena kehidupan manusia tidak terlepas dari penggunaan plastik di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan cara tepat untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan sampah plastik.

Bahan plastik dapat dengan mudah ditemukan di berbagai produk, mulai dari kemasan makanan dan minuman, kantong belanja, hingga peralatan rumah tangga. Ketika tidak lagi digunakan, produk dari bahan plastik tersebut bisa menumpuk dan menjadi sampah di mana-mana.

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan plastik dan limbah plastik kian meningkat setiap tahunnya. Bahkan, ada riset yang menyebutkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia.

Dibandingkan dengan jenis sampah lainnya, proses penguraian sampah plastik memakan proses yang jauh lebih lama karena memerlukan bantuan radiasi sinar UV. Bahkan, penguraian sampah plastik bisa memakan waktu hingga 20–500 tahun lamanya.

Bila tidak terurai dengan benar, proses penguraian plastik justru menghasilkan partikel kecil atau mikroplastik, senyawa kimia, dan logam berat yang lebih berbahaya dan beracun. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah untuk menekan dampak sampah plastik yang dapat terjadi.

"Mengurangi Penggunaan Tas Belanja Plastik Sekali Pakai"

Judul atau tagline di atas mengingatkan kita tentang isu lingkungan yang sering kita dengar yaitu sampah, terutama sampah plastik. Penggunaan plastik untuk kebutuhan manusia dari kebutuhan rumah tangga, bangunan, sampai kebutuhan sehari-hari kita tidak lepas dari plastik. Plastik semakin hari semakin tinggi volume penggunaannya yang jika tidak ditangani atau hanya dibiarkan menjadi sampah akan menyebabkan permasalahan bagi lingkungan dan manusia. Pertumbuhan penduduk, kebutuhan yang meningkat, gaya hidup, upaya pengurangan sampah plastik yang belum maksimal, serta kurangnya kesadaran dari berbagai pihak, masyarakat maupun kurangnya penanganan dari pemerintah dan pemerintah daerah merupakan sebab-sebab permasalahan sampah plastik. Sampah plastik merupakan salah satu jenis sampah yang memberikan ancaman serius terhadap lingkungan karena selain jumlahnya cenderung semakin besar, kantong plastik adalah jenis sampah yang sulit terurai oleh proses alam (non biodegradable) dan merupakan salah satu pencemar xenobiotik (pencemar yang tidak dikenal oleh sistem biologis di lingkungan mengakibatkan senyawa pencemar terakumulasi di alam). Dampak yang ditimbulkan dari sampah plastik berupa: jika sampah plastik dibakar secara terbuka (open burning) dapat menyebabkan polusi udara yang dapat menimbulkan penyakit kanker, pada dosis yang lebih besar bisa mengakibatkan sakit kulit yang serius yang disebut ‘chloracne’. Sampah plastik juga dapat mencemari saluran air, irigasi, sungai, danau, pantai dan tanah. Dalam jumlah tertentu, sampah plastik terbukti menyumbat saluran/sungai yg dapat mengakibatkan banjir. Bahkan sampah juga dapat menjadi sebuah bencana, seperti yang terjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah di Cimahi, Jawa Barat, pada tanggal 21 Februari 2005. Maka setiap tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah. Bencana tersebut merupakan sejarah kelam yang menandai kegagalan sistem pengelolaan sampah yang selama ini dijalankan di Indonesia. Hikmah dibalik bencana yang telah mengubur hidup-hidup 143 jiwa manusia tersebut (data resmi pemerintah) adalah tumbuhnya kesadaran pemerintah dan seluruh komponen masyarakat bahwa persoalan sampah bukan lagi masalah sepele yang dapat dibaikan, namun persoalan besar yang harus dikelola bersama-sama secara serius, sistematis, dan menyeluruh. Sebagai perwujudan rasa kesadaran tersebut, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sepakat untuk menerbitkan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Sampah pada 7 Mei 2008. Spirit utama dari UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah secara revolusioner mengubah pandangan pengelolaan sampah dari end of pipe menjadi reduce at sources and resources recycle. Dengan pandangan baru tersebut, pengelolaan sampah harus bertumpu pada, pertama, pengurangan dan pengolahan (3R) sampah sejak dari sumbernya, tidak hanya di TPA, karena jika tidak terkelola baik, sampah berpotensi menjadi polutan yang membahayakan lingkungan dan manusia. Kedua, pemanfaatan sampah sebagai sumber daya atau sumber energi sehingga dapat menghemat penggunaan sumber daya alam dan mendatangkan manfaat yang lebih banyak. Total timbulan sampah plastik sebesar 16% dari total timbulan sampah nasional. Trend timbulan sampah plastik di daerah perkotaan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, pada tahun 2005 dari 11%, menjadi 15% di tahun 2015. Sebanyak 9,85 milyar lembar per tahun dihasilkan dari 90 gerai ritel se Indonesia (Ditjen PSLB3). Data Jambeck et al tahun 2015, menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara kedua penghasil sampah plastik dilaut sebesar 1,29 Juta Ton/Tahun. Salah satu upaya pengurangan sampah di sumber adalah dengan membatasi penggunaan barang dan/atau kemasan yang berpotensi menimbulkan sampah, misalnya membatasi atau menghindari pemakaian kantong plastik pada saat berbelanja. Dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup 2018 dengan tema KENDALIKAN SAMPAH PLASTIK, DITJEN Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan menyelenggarakan serangkaian kegiatan dalam mendukung target Indonesia Bebas Sampah. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah KAMPANYE PENGURANGAN PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengurangi dan membatasi pemakaian kantong plastik dalam upaya mengurangi timbulan sampah. Dalam kegiatan ini akan dibagikan 2000 tas belanja di 3 lokasi yaitu Pasar Santa, Pasar Jambul dan Pasar Tebet Barat. Stop using Plastic Bag, Reduce Pollution, Stay Healty. #Generasicerdastanpaplastik #bawatasbelanjaitukece

Plastik merupakan salah satu material yang masih banyak ditemukan di Indonesia. Biasanya, plastik masih sering digunakan untuk kemasan sekali pakai. Sayangnya, pengolahan sampah plastik di Indonesia belum dikelola dengan baik. Oleh karena itu, hal ini sering kali menjadi masalah yang berdampak pada lingkungan hidup.

Sekarang, banyak orang yang sudah mulai mengurangi penggunaan sampah plastik. Selain itu, kampanye untuk mengurangi penggunaan bahan plastik juga semakin banyak didengungkan di masyarakat. Namun, sahabat sebaiknya juga mengetahui segala hal tentang sampah plastik sehingga langkah untuk mengurangi dampaknya juga tepat.

Daftar Jenis Sampah Plastik

Sampah plastik tidak hanya mencemari tanah, namun juga laut. Sedangkan penanganan sampah plastik harus dilakukan sesuai dengan jenisnya. Oleh karenanya, masyarakat diharap mengetahui jenis sampah plastik yakni sebagai berikut.

Plastik polyethylene terephthalate adalah jenis plastik yang sangat umum digunakan sehingga mudah ditemukan di berbagai produk. Sifat plastik PETE ringan, kuat, dan biasanya transparan. Plastik jenis ini sering digunakan pada produk atau kemasan sekali pakai.

Contoh plastik PETE misalnya botol air mineral, toples makanan, tali poliester, hingga pakaian. Cara pengolahan sampah plastik PETE biasanya didaur ulang menjadi tas atau karpet.

Plastik jenis high density polyethylene adalah plastik yang juga sangat umum digunakan pada beragam produk. Di pasaran ada tiga jenis plastik HDPE yakni High-Density, Low-Density, dan Linear Low-Density. Plastik jenis ini bersifat kuat, tahan dengan suhu lembap, dan tahan dengan bahan kimia. Meski demikian jenis plastik ini mampu membahayakan janin karena menimbulkan zat kimia estrogen.

Contoh plastik HDPE seperti pipa, botol minuman warna putih susu, botol pembersih lantai, dan sebagainya. Jenis plastik ini biasanya didaur ulang menjadi pipa dan tali.

Plastik jenis polyvinyl chloride atau biasa dikenal dengan PVC atau V adalah plastik yang sifatnya keras dan kaku. Plastik jenis ini tahan terhadap bahan kimia hingga sangat sulit terurai. Selain itu PVC juga tak mampu menghantarkan listrik sehingga kerap dijadikan bahan pipa listrik.

Contoh plastik PVS misalnya tas, kusen jendela, kursi, hingga komponen otomotif. Plastik jenis ini biasanya didaur ulang untuk bahan komponen teknologi tinggi seperti kabel, alat medis, dan sebagainya.

Plastik LDPE adalah plastik versi HDPE namun lebih jernih, lebih fleksibel, bahkan lebih halus. Secara umum LDPE punya standar food grade yang berarti pemakaiannya aman jika bersinggungan dengan makanan atau minuman.

LDPE juga sangat mudah didaur ulang sekaligus cocok untuk kemasan makanan karena kuat namun fleksibel.

Contoh produk LDPE seperti kantong sampah, kantong kue, karton susu, atau kemasan minuman gelasan.  Cara daur ulang plastik LDPE biasanya diubah menjadi kusen atau plastik tempat sampah.

Plastik polypropylene adalah salah satu jenis plastik yang tahan panas dibanding jenis plastik yang lain. Jenis plastik ini cocok untuk benda-benda yang bersinggungan dengan suhu panas.

Contoh produk plastik PP adalah sedotan, tutup botol, hingga tempat makanan panas. Penanganan plastik PP ini biasanya didaur ulang untuk produk baru. Namun patut diingat bahwa jenis ini sangat sulit terurai sehingga disarankan untuk menghindarinya.

Plastik polystyrene sering disebut sebagai styrofoam. Plastik ini bersifat kaku dan biasa digunakan dalam industri pengemasan dan konstruksi. Namun patut diingat bahwa plastik PS dianggap berbahaya karena mampu melepas styrene (neurotoksin), racun yang mudah diserap makanan dan berpotensi tertelan manusia.

Contoh produk plastik PS adalah styrofoam kemasan makanan cepat saji atau makanan beku. Plastik PS memiliki tingkat daur ulang rendah. Ada beberapa negara yang melarang penggunaan PS untuk kemasan makanan karena mampu memproduksi zat karsinogen penyebab kanker saat bertemu dengan suhu panas.

Plastik other adalah plastik yang masuk dalam kategori mencakup seluruh jenis plastik lain yang tidak termasuk dari enam kategori di atas. Atau bisa pula disebut sebagai plastik kombinasi dari beberapa bahan.

Contoh produk plastik O seperti Kacamata, botol bayi, atay pelapis elektronik. Plastik jenis ini sangat berbahaya untuk makanan dan minuman karena mampu merusak organ tubuh dan mengganggu hormin.

Itulah beberapa jenis sampah plastik sekaligus contoh dan cara pengolahannya. Untuk mendapatkan informasi menarik lain, kunjungi VOI.ID.

Mengganti cup plastik dengan tumbler pribadi

Hampir di setiap penjuru lingkungan, keberadaan sampah plastik tak bisa dihindari. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021, limbah plastik Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun.

Bukan rahasia umum lagi bahwa sampah plastik tidak bisa terurai begitu saja. Bahkan, beberapa jenis sampah plastik baru bisa terurai setelah ratusan tahun.

Minimnya kesadaran tentang dampak sampah plastik masih menjadi ironi. Lingkungan air, tanah, dan udara menjadi sasaran utama. Lantas siapa sasaran berikutnya? Tentulah manusia. Berbagai senyawa kimia yang terkandung di dalamnya bisa menimbulkan beragam masalah kesehatan bagi manusia.

Kesadaran untuk menghindari penggunaan plastik secara berlebihan menjadi salah satu solusinya. Dimulai dengan memperhatikan penggunaan plastik diri sendiri. Langkah ini sekaligus melestarikan bumi tercinta. Bagaimana caranya?

1. Membawa Kantong Belanja Sendiri Meskipun kantong plastik memang praktis, tapi hal inilah yang membuat sampah pada bumi terus bertumpuk tak terkendali. Membawa kantong belanja sendiri saat belanja atau bepergian adalah cara yang paling mudah untuk berkontribusi mengurangi sampah pribadi.

2. Membawa Botol Minum atau Tumbler Apa yang dibutuhkan ketika haus? Tentu, air minum. Ketika haus jawabannya tidak harus membeli air minum kemasan. Lebih baik menyiapkan air minum dari rumah dengan menggunakan botol minum atau tumbler. Selain bentuk dari peduli terhadap lingkungan, membawa botol minum sendiri juga bisa menghemat uang.

3. Tidak Menggunakan Sedotan Plastik Sedotan plastik memang terlihat remeh. Tapi bayangkan jika ribuan orang yang berfikir seremeh itu?. Tentulah sangat berdampak bagi lingkungan. Sekarang, mulailah mengganti sedotan plastik dengan sedotan bambu atau kertas yang ramah lingkungan.

4. Hindari Membeli Makanan dan Minuman Kemasan Plastik Usahakan, jangan membeli produk dalam kemasan sachet, tapi belilah produk yang dikemas dalam ukuran besar untuk mengurangi sampah. Jika memungkinkan, pilih produk yang dikemas dalam botol kaca atau daun.

5. Daur Ulang Sampah Plastik Tidak semua plastik bisa didaur ulang. Namun, beberapa barang, seperti botol minuman dan pot tanaman dapat dilakukan proses recycle. Kreasikan sampah plastik menjadi hiasan atau barang lain yang dibutuhkan di rumah.

Contoh Sampah Plastik di Kehidupan Sehari-hari

Apa saja jenis sampah yang menjadi polusi atau limbah plastik? Berdasarkan jenisnya, bahan plastik diklasifikasikan menjadi beberapa material berbeda. Masing-masing bahan plastik biasanya terbuat dari salah satu atau beberapa campuran bahan kimia. Beberapa contoh sampah plastik sebagai berikut:

Jadi, perlu disadari bahwa sampah plastik bukan hanya mengacu pada sampah kemasan saja. Material pembuatan mainan atau sisa potongan pipa yang tercecer di pantai dan terbawa air laut juga menjadi limbah yang sulit terurai. Limbah tersebut bukan hanya bisa berdampak bagi kebersihan lingkungan, tapi juga kesehatan makhluk hidup di sekitarnya.

Ganti penggunaan tisu basah dengan lap

Agar lebih praktis untuk membersihkan permukaan barang di rumah, banyak orang yang menyediakan tisu basah. Memang lebih mudah, tapi tisu basah ternyata mengandung resin plastik yang sulit larut di dalam air, loh! Oleh karena itu, akan lebih bijaksana jika tisu basah diganti dengan lap basah saja.

Masalah sampah plastik mungkin terkesan sepele, tapi dampaknya bisa merepotkan. Bukan hanya untuk masa yang akan datang, tapi juga merepotkan diri kamu saat ini. Sekarang, mulailah biasakan diri untuk mengolah sampah plastik dengan lebih bijaksana, ya!

Penulis : Rizkita Darajat

Membeli bahan mentah dalam ukuran lebih besar

Sering membeli beberapa kemasan bumbu atau pembersih berukuran kecil? Cobalah langsung membeli kemasan yang lebih besar. Dengan begitu, sampah plastiknya bisa dikurangi. Jika membeli camilan seperti keripik, pindahkan ke toples atau wadah lain yang berukuran besar agar penyimpanannya awet.

Dampak Sampah Plastik bagi Lingkungan

Sampah plastik yang dibuang sembarangan berpotensi merusak dan mencemari lingkungan. Limbah plastik juga termasuk dalam sumber polusi lingkungan terbesar di seluruh dunia.

Apabila dibiarkan begitu saja, dampak sampah plastik bisa berbahaya bagi ekosistem dan kelangsungan hidup di Bumi. Berikut ini adalah beberapa dampaknya:

Sampah plastik, baik yang bentuknya masih utuh atau sudah hancur menjadi partikel kecil, bisa mengakibatkan pencemaran air.

Hal ini dapat terjadi karena plastik membawa zat kimia, seperti bifenil poliklorinasi dan pestisida, yang dapat mengontaminasi air serta meracuni dan merusak habitat makhluk hidup yang tinggal di sekitarnya.

Ketika dikonsumsi oleh hewan laut, racun ini juga bisa masuk ke dalam tubuh manusia bila sampai hewan laut tersebut diolah dan dikonsumsi.

Dampak sampah plastik selanjutnya adalah pencemaran tanah. Partikel mikroplastik, logam berat, dan zat kimia hasil dari proses penguraian plastik dapat masuk ke dalam lapisan tanah serta menempel pada tumbuhan yang tertanam di dalamnya, seperti sayuran dan buah-buahan.

Bila sayuran dan buah tersebut dikonsumsi oleh manusia, risiko terjadinya berbagai jenis penyakit pun dapat meningkat. Kontaminasi sampah plastik ini juga bisa membuat kondisi tanah menjadi tidak subur.

Proses pembakaran sampah plastik yang dilakukan secara terbuka bisa mengakibatkan terjadinya polusi udara. Hal itu disebabkan oleh adanya partikel mikroplastik, logam berat seperti kadmium dan timbal, serta bifenil poliklorinasi yang terlepas dan mencemari udara.

Selain berbagai polusi di atas, masalah sampah plastik juga kerap memperparah pemanasan global dan perubahan iklim di seluruh dunia.